Pernahkah kamu berpikir 'apakah' dirimu itu? Apakah kau hanyalah apa yang kau lihat, yang kau dengar, dan kau rasakan? Apakah yang memunculkan fikiranmu itu adalah otakmu ataukah batinmu- yang engkau sendiri tak tahu di mana letaknya?
Ini hanyalah sebuah pemikiran seorang anak manusia. Masih muda namun berpemikiran dewasa, sudah remaja namun bertingkah balita. Seakan-akan ia tak tahu jati dirinya. Lupakan sebentar ajaran keyakinan dengan Yang Maha Esa. Ia ingin tahu akan diri sendiri. Membandingkan diri sengan orang lain. Merasa puas akan talenta yang ia temukan. Merasa kecewa akan yang ia lakukan. Hanya jengkel dengan diri sendiri.
Ia mencoba berbeda dengan yang lainnya. Apakah yang lainnya itu 'benar' ataukah 'salah'. Jika yang lainnya benar biarkan ia menjadi salah, dan sebaliknya. Ketika merana karena hal yang ia ketahui- hanyalah secuil dari bagian hidupnya. Kenapa hal yang menentukan hidupnya justru tak ia pikirkan di tahun sebelumnya, di kemarau yang lalu, atau kemarin lusanya.
Mencoba menerka waktu depan sesuai harapan. Namun menunggu kawannya bertindak baginya. Ketika kawan seturut dengan pintanya, senanglah ia. Ketika satu buah lidah menuju kawannya, hilanglah sahabatnya. Benar-benar angin lalu. Semakin berbuah layak dibahas.
Padahal ia disukai. Padahal ia menyantap makanan tadi pagi. Padahal ia mampu menangis. Padahal ia memiliki yang tak dimiliki orang. Dunia seakan terlalu luas baginya. Terlalu sedikit yang ada padanya- itu yang terbenak olehnya.
Namun pada akhirnya dunia hanyalah yang ia lihat, ia dengar, dan ia rasakan. Karena ia ingin tahu segalanya. Ingin menguasai yang ada padanya. Ingin melebihi dirinya sendiri. Maka sampai kapanpun telinganya terkatupkan. Matanya terpejam. Berusaha meraba-raba sejauhnya. Tanpa tahu Yang Mulia di ujung hidungnya.
Labels: batin bertanya, hidup yg suram, melankolis, misteri, poetic, sastra